Hadapi Dengan Senyum


Hadapi dengan senyuman
Semua yang terjadi biar terjadi
Hadapi dengan tenang jiwa
Semua kan baik-baik saja

Bila ketetapan Tuhan
Sudah ditetapkan
Tetaplah sudah
Tak ada yang bisa merubah
Dan takkan bisa berubah

Relakanlah saja ini
Bahwa semua yang terbaik
Terbaik untuk kita semua
Menyerahlah untuk menang

Saya suka dg lirik dan lagu Ahmad Dhani ini. Maknanya begitu dalam. Suatu pernyataan bahwa sepintar, setenar, selihai, seindah, sesukses, sekeren apapun keadaan manusia, ada batasannya.

Ada lingkaran kehidupan yang melingkupinya. Ada lingkaran yg dikuasai dan bs dikendali, ada lingkaran yg tidak dikuasai bahkan jika berusaha meraih kendalipun, niscaya gagal dicapai atau tidak bs difahami. Lingkaran itu ada ukurannya dan ukurannya ada dalam pemahaman diri.

Ada banyak hal atau urusan yg secara logika, potensi akal dan pengalaman bisa ditangani manusia, tetapi nyatanya tidak diraih. Seorang dosen mungkin punya formula idealnya pendidikan tapi fdk sertamerta bs merubah sistem pendidikan. Seorang manusia bs faham problem masyarakat atau kenegaraan tp tidak serta merta bs jd pemimpin atau menjadi pejabat yg amanah seperti niatnya.

Setiap manusia punya ide, niat dan keinginan yg harus disadari tidak sll bs direalisasi. Terutama problema yg solusi nyatanya melibatkan manusia-manusia lain, alam atau hal yg tidak dimengerti. Ini sudah menjadi urusan di luar lingkar kemampuan manusia. Itulah keterbatasan manusia yg hidup di ruang waktu terbatas. Semua tidak terlepas atas kehendak, ijin dan ridha Allah SWT.

Manusia hidup menyatu dg masalah. Masalah apapun. Semua masalah hidup dlm terminologi Allah adalah ujian. Masalah dan ujian tdk identik dg penderitaan tapi juga ujian kelapangan, kekayaan dan juga jabatan.

Yang jadi masalah sebenarnya bukan fenomena diluar diri manusia, tetapi justru didalam. Peristiwa hanyalah topografi, ruang gerak dan lingkungan yg menjadi trigger utk disikapi dan difahami. Internal diri manusia yg harus berproses merespon fenomena atau peristiwa dengan kadar-kadar kecerdasan-kecerdasan intelektual (IQ), spiritual (SQ), emosional (EQ) dan sosial (SoQ). Respon jadi berbeda karena cara pandang, tujuan yg prosesnya tidak terlepas dari potensi kecerdasan IQ, SQ, EQ dan SoQ.

Diberi hal baik ada yg bersyukur ada yg lupa diri minta lagi. Dilimpah harta, jabatan dan keluarga baik ada yg merasa limpah kecukupan ada yg terus merasa kekurangan, pingin lagi dan lagi.

Diberi hal buruk, ada yg bersyukur msh mampu dihadapi atau karena melihat ada yg lbh berat dr diri. Kekurangan harta, tdk menjabat dan keterbatasan keluarga ada yg ikhlas menjalani, ada yg terpuruk menggerutu dan menyalahkan semua orang dan keadaan. Dunia tempat ujian, ada banyak pilihan, tinggal menjalani dan berusaha menikmati di setiap fasenya.

Sadar Penuh Hadir Utuh adalah kalimat yg sll saya suka. Kesadaran menjadi batasan optimal logika akal manusia dilatarbelakangi pemahaman diri sebagai hamba Allah. Hadir dimanapun berada dg peran apapun ikhtiar untuk utuh, tdk ada perpecahan kepribadian, split personality antara pemikiran akal – kalbu nurani, jasmani – rohani, jiwa – raga. Lisan tidak mendustai akal fikiran, olah fikiran sejalan dg realisasi gerak tindakan, rasa tidak menipu logika nalar dan kalbu mengiyakan keselarasan.

Mau jadi staf organisasi, pegawai perusahaan, pemimpin lembaga, pekerja lepas, wiraswasta, berniaga, pendidik, ustadz, buzzer, streamer kewajaran sbg manusia adalah berikhtiar dan berinteraksi harmonis dg lingkungannya.

Ada banyak jalan kebaikan. Semampunya dalam menterjemahkan dan merealisasikan amar ma’ruf – nahi mungkar. Tidak megalomania, membumbung ke awan tak terjangkau. Tidak terpuruk, menganiaya diri. Tidak menyengsarakan keluarga yg harus diayomi, juga tidak menjerumuskan keluarga dalam tipuan keduniawian.

Salah dan khilaf itu wajar. Hanya satu solusi, diperbaiki dan tidak diulangi. Tidak mengeluh dg keadaan, Tidak protes dg Allah karena ujian. Tidak sll menyalahkan orang dan keadaan, saat ada ketimpangan. Karena sungguh dlm kehidupan ada lingkar yg engkau fahami dan lingkar yg tidak kita mengerti.

Ketika Ilmuwan kosmolog memperkirakan total hanya ada 4,6% materi atom yg wujud seperti tubuh manusia, bumi, planet, matahari, bintang dan galaksi-galaksi di alam semesta, diluar itu adalah wujud energi dan materi gelap yg tidak difahami, maka kita faham manusia itu amatlah kecil di alam semesta. Hanya punya secuil kendali akal dan ilmunya hanyalah remah yg remeh. Kekuasaan dan Ilmu Allah amatlah tak terbatas.

Jadi apa yg terjadi pd diri kita, relakan ikhlaskan. Ambil hikmah, ikhtiar usaha lagi. Saat tertentu, mengalahlah bukan karena kalah, tapi untuk keseimbangan. Mengalah untuk menang. Mampir hidup anggaplah permainan. Berusahalah menang yg membuat gembira semua teman sepermainan. Tidak ada yg dicurangi atau dijatuhkan. Harmonis kan diri.

alifis@corner

Tentang alifis

Apa adanya ...
Pos ini dipublikasikan di Alifis Katahati dan tag , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar