Kereta LOGAWA : pengembaraan berlanjut..


​catatan diatas kereta Logawa, Nganjuk – Pasuruan oleh alifis@corner, 19 Juli 2016.

Ini pengalaman perdana, naik kereta setelah dimodernisasi sistemnya oleh Jonan. Asyik, banyak perbedaan mendasar yg membuat calon penumpang seperti sy lebih kesengsem, sebagai penggemar berat kereta api..hehe

Jejak berkereta terdahulu, yg sempat kami tuliskan adalah Sang Logawa kereta rakyat jelata. di tahun 2010, 6 tahun yg lalu. 

atau silahkan baca di link:https://kupangntt.wordpress.com/2010/09/11/seri-mudik-03-sang-logawa-kereta-rakyat-jelata/

Ata, Azka memang kami rencanakan utk bisa mnikmati naik kereta api jauh2 hari. Bahkan dari sejak dari Kupang, sdh kami cek ketersediaan tiket rute Nganjuk -Pasuruan, setelah menghabiskan waktu lebaran di desa Jatigreges, Kec Pace Kab Nganjuk. so…my plan must go on..

Ada 2 kereta Ekonomi, arah Jember Banyuwangi, yaitu Sri Tanjung jam 11.10 dan Logawa jam 12.54 siang. 1 minggu sebelumnya, kami cek online Logawa masih free 40-an sheat, so itulah pilihan terbaik. Bisa dzuhuran lebih dahulu di Mushola Stasiun, dan harganya lebih murah, hanya 74k dibandingkan Sri Tanjung 95k. Okee… Tapi ada sedikit gangguan, sistem online maceet, mungkin karena trafficnya naik, sehingga pagi itu sehabis sarapan, sambil jalan2 sy ajak anak2 berburu tiket langsung di stasiun. Walau antri sejenak, akhirnya dapatlah tiketnya..Siip

Hari ini, tgl 19 Juli 2016, Jam 11.50 siang tiba kami di Stasiun diantar dik Imam. Trus langsung beranjak ke dalam. Cek KTP, bawa yg asli saat masuk ruang tunggu. Lancar, tdk ada kerumitan, hanya saat petugas melihat kami bawa pohon jambu Darsono, mereka meminta dibungkus yg rapi. Dikuatirkan nanti mengundang kambing mendekat gerbong kereta..haha bercanda.Yg jelas, kami nyaman dan menikmati dlm lingkungan kerakyatan apa adanya, seperti bisa menikmati maem dlm stasiun, hihi

Didalam, suasana tenang, leluasa, cukup bersih, tidak seperti jaman sebelumnya, dimana lalu lalang calon penumpang berbaur dg antrian tiket, dan pedagang jajanan minuman yg mondar mandir menjajakan dagangan. Semrawut, tak keruan, khas layanan komunal tradisional.

Waktu Dzuhur sdh masuk, sy ajak Ata menuju mushola, rapi, bersih, toilet di sebelah juga bersih, sangat bersih dg peruntukan yg jelas. Aq masih ingat, jaman dulu.. toilet ga bersih, berlumut coklat, ditungguin seseorang yg menarik sumbangan. Terpaksa saja kalau lagi membutuhkan. Tapi yg saat ini, sudah gratis biaya, bersih lagi… ehmm

Dari rencana jadwal 12.54 diumumkan kereta terlambat 21 menit..cukup lama, tapi tdk menggerutu, krn sdh cukup fair pihak pengelola mengumumkan dan memberi informasi posisi kereta saat itu. Okee…akhirnya, naiklah kami dalam kereta.

Inilah yg kami harapkan. Gerbong kereta ekonomi, tapi dingin, bahkan lumayan menembus kulit. Tidak kepanasan seperti jaman dahulu..hahaha. Nomor gerbong dan kursi sdh ditentukan, bahkan utk barang bawaan ekstra kayaknya masih tetep ditolerir, cuma tdk ditempatkan di bagasi atas, tetapi ditaruh dilorong ujung gerbong. No problem… Tetap akomodatif, sebagai moda sejuta umat, yg cukup memanusiaakan manusia. Ingat2 jaman dahulu, kita naik berjejal-jejal berebutan, saling sikut sodok, desak desakan. Bayangkan yg bawa anak kecil…hehehe. 

Sudah dingin, kursi yg cukup empuk dan bersih, dikasih tambahan fasilitas 2 colokan listrik di tiap deretan sheat yg ada. Sepertinya, manajemen tahu betul, bagaimana memanjakan penumpang, yg tidak bisa terlepas dari gadget di jaman ini. Hahaha…

Apapun di dalam bisa dinikmati, dg maen handphone, main kartu malah ( itu aq lihat ada 4 mhs arah Jember,  di seberang sheat duduk aq), menikmati pemandangan alam terbentang yg eksotik di luat jendela, tak abis2nya, atau sekedar jalan2 di dalam gerbong, di selasar antar gerbong, atau kalau mau dari gerbong ke gerbong lain sejumlah 10 gerbong, hahaha…
Yang perutnya kelaparan, tidak dilarang makan bekalnya, atau membeli dari pramusaji kereta yg keliling menawarkan. Lebih baik, anda membawa bekal, sehingga apa yg disuka tdk repot mencarinya lagi, karena disetiap gerbong, setiap stasiun tdak ada lagi pedagang jualan leluasa  masuk dan menjajakan dagangan dalam gerbong.
Satu yg menurut sy ada yg hilang, yaitu tidak ada pengamen gerbong yg mirip grup klantingan, biasanya menghibur ringan dg nyanyian2 jenaka, tidak ada lagii… coba kalo di tiap trayek, disiapkan musik klantingan. Pasti lebih asyiik…hahaiii
Saat aq menutulkan cerita ini, kereta sdh sampai melewati kali Porong, dan menuju stasiun Bangil di jam 16:58. Bagusnya, setiap menuju stasiun pemberhentian berikutnya, selalu diinfokan seperti di pesawat udara, baik nada dan alunannya.

Menurutku, inilah moda yg paling menarik, leluasa, murah meriah sekaligus modern, tetapi layak dalam layanan dan sangat manusiawi. Serasa naik peaawat tapi dengan keleluasaan lebih. Tidak perlu shelbelt, goncangannya justru melenakan. Bisa berkeliaran tidak takut kesasar, bisa ngerumpi dg penumpang lain tanpa batasan, bahkan ketika sudah longgar, bisa berdiri diri atau baring2 delosoran serasa kendaraan pribadi, hehehe

Anak sy begitu gembiranya, nyanyi2 seenaknya, berdiri jalan2, bahkan tidur2an sesukanya. Rekomendasi, bagi yg memiliki anak2, kasihlah pengalaman perjalanan jauh naik kereta, bukan hanya mengajarkan lagunya saja… naik kereta api tuut, tuuuut, tuuuut… siapa hendak ikut?
Ayooo…siapa yg berminat mencoba bagi yg belum… silahkan.
Alifis@corner

At the Train, LOGAWA 12:54 – 16.56 

Nganjuk – Pasuruan.

Tentang alifis

Apa adanya ...
Pos ini dipublikasikan di Relief Kehidupan dan tag , , , . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar